Menjawab Hujatan

Minggu, 17 Oktober 2010 | komentar




Tidak harus melalui dan mengetahui semua ilmu tentang Islam terlebih dahulu untuk beriman kepada Allah سبحانه وتعالى.
Dengan adanya alam ghaib,banyak diantaranya syaitan dan jin kafir yang tidak menyukai terhadap ayat-ayat Al-Qur'an sebenarnya sudah bukti nyata bagi kita yang berakal untuk meyakini dan ini bukti bahwa Allah سبحانه وتعالى memberikan pengetahuan kepada mahluk-mahlukNya hanya sebatas apa yang dikehendaki-Nya.



Bismillah

Sebagai penulis blog ini,pertama dan utama sekali saya ucapkan puji syukur kepada Allah سبحانه وتعالى yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat kesempatan untuk sedikit menjawab hujatan yang telah ditujukan kepada Agama Islam yang tercinta ini.
Kemudian shalawat serta salam untuk Nabi kita Muhammad salallahu'alaihi wassalam,yang telah bersusah payah memperjuangkan agama yang kita cintai ini dan yang pula membimbing kita untuk masuk surga,dan untuk demi tegaknya kalimat tauhid dipermukaan bumi ini,begitu pula untuk para keluarga dan sahabat Beliau serta orang-orang yang setia berpegang teguh dengan ajaran Beliau sampai kemudian hari nanti.


Apa Hukum Berdebat tentang Agama dalam Islam?



Dari Abu Umamah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah tadinya mereka berada di atas petunjuk kecuali karena mereka adalah kaum yang senang melakukan perdebatan.”

Kemudian beliau membaca ayat ini,

“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud berdebat saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (QS. Az-Zukhruf: 58) (HR. At-Tirmizi no. 3253, Ibnu Majah no. 47, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5633)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

“Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya dan yang menantang jika diterangkan hujjah kepadanya”. (HR. Al-Bukhari no. 2457 dan Muslim no. 2668)

Dari Abu Umamah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan walaupun dia sedang bergurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud no. 4800 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464)

Perdebatan dalam agama yang tidak sesuai dengan aturan syar’i merupakan salah satu di antara penyakit lisan yang sangat berbahaya. Dia merupakan sebab terjadinya perpecahan, pemutusan hubungan, saling menjauhi di antara sesama kaum muslimin. Perdebatan juga bisa menjadi sebab keras dan sesaknya hati karena bisa melahirkan kedengkian kepada kaum muslimin lainnya, plus banyaknya waktu yang terbuang akibat melakukan perdebatan ini dan kurangnya manfaat yang lahir darinya.

Karenanya Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah menutup semua wasilah menuju kepada perdebatan yang tidak bermanfaat, dengan memberikan janji surga kepada orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia yang benar, dan sebaliknya Allah sangat murka kepada orang-orang yang bergampangan terjun dalam perdebatan tanpa mengindahkan aturan-aturan syariat di dalamnya.

Dan telah benar Allah dan Rasul-Nya, bahwa setiap orang yang terjun ke dalam perdebatan yang tidak berguna pasti akan berakhir pada kesesatan, kecuali mereka yang masih dirahmati oleh Allah, dan sangat sedikit sekali jumlah mereka ini. Tidakkah kita mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah berlalu sebelum kita, yang mereka ini lebih berilmu dibandingkan kita, bagaimana akhirnya mereka terjerumus ke dalam kesesatan akibat mereka berdebat dalam masalah agama, walaupun ada segelintir di antara mereka yang masih bisa kembali kepada kebenaran. Sebut saja di antaranya: Jahm bin Shafwan penyebar mazhab Jahmiah, Washil bin Atha’ pencetus mazhab Mu’tazilah, Imam Al-Ghazali, Fakhrur Razi, Asy-Syahrastani, dan selainnya.
Karenanya para ulama di setiap zaman menegaskan dalam kitab-kitab akidah mereka, bahwa di antara ciri khas ahlussunnah adalah menjauhi semua bentuk perdebatan. Karenanya siapa saja yang terjun dalam perdebatan dalam agama maka dia telah bermain-main di daerah terlarang, yang bisa mengeluarkan dia dari ahlussunnah. Hanya saja walaupun demikian, para ulama tetap memberikan persyaratan yang sangat ketat mengenai kapan perdebatan dibolehkan. Hal itu karena ada segelintir ulama (tidak banyak) yang diketahui mengadakan perdebatan dengan pengikut hawa nafsu (seperti Imam Ahmad, Utsman bin Said Ad-Darimi, dan Ibnu Taimiah), bahkan para nabipun berdebat dengan kaumnya.

Maka ini menunjukkan bahwa hukum asal perdebatan dalam agama adalah haram, kecuali jika terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu:
1. Ikhlas guna meninggikan kalimat Allah, bukan dengan niat untuk menjadi tenar.
2. Orang yang berdebat harus mapan keilmuannya dalam masalah yang dia perdebatkan. Jika dia orang yang jahil atau ilmunya masih setengah-setengah maka diharamkan atasnya
3. Dia yakin -atau dugaan besar- dia bisa menang. Jika dia tidak yakin bisa menang maka dia wajib meninggalkan perdebatan itu.
4. Ada kemungkinan pihak lawan jika dia kalah maka dia akan kembali kepada kebenaran. Jika pihak lawan diketahui sebagai orang yang keras kepala dan tidak akan bertaubat walaupun kalah maka tidak boleh berdebat dengannya.
5. Jika dia tidak berdebat maka kebenaran akan tertutupi dan kebatilan yang akan menyebar.
6. Ada maslahat darinya, baik yang kembalinya kepada pihak lawan dengan dia bertaubat maupun yang kembalinya kepada masyarakat dengan mereka menjauhi pihak lawan tersebut. Adapun jika tidak ada manfaatnya sama sekali, walaupun mereka kalah tapi masyarakat tetap tidak goyah dalam mengikuti mereka maka ini perdebatan itu adalah perbuatan sia-sia.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah Melarang Perdebatan dan Permusuhan Dalam Agama.
Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dari hal tersebut.
Dalam Ash-Shohihain dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :

اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ

“Bacalah Al-Qur`an selama hati-hati kalian masih bersatu, maka jika kalian sudah berselisih maka berdirilah darinya”.

Dan dalam Al-Musnad dan Sunan Ibnu Majah –dan asalnya dalam Shohih Muslim- dari ‘Abdullah bin ‘Amr :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ وَهُمْ يَخْتَصِمُوْنَ فِي الْقَدْرِ فَكَأَنَّمَا يَفْقَأُ فِي وَجْهِهِ حُبُّ الرُّمَّانِ مِنَ الْغَضَبِ، فَقَالَ : بِهَذَا أُمِرْتُمْ ؟! أَوْ لِهَذَا خُلِقْتُمْ ؟ تَضْرِبُوْنَ الْقُرْآنَ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ!! بِهَذَا هَلَكَتِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat-pent.) sedang berselisih tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda

“Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan sebagian Al-Qur’an dengan sebagiannya!! Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa”.

Bahkan telah datang hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzy dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja”.

Imam Ahmad rahimahullah berkata :

“Pokok-pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa yang para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atasnya dan mencontoh mereka. Meninggalkan semua bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. Meninggalkan permusuhan dan (meninggalkan) duduk bersama orang-orang yang memiliki hawa nafsu. Dan meninggalkan perselisihan, perdebatan dan permusuhan dalam agama”.

Perdebatan Yang Tercela:

Yaitu semua perdebatan dengan kebatilan, atau berdebat tentang kebenaran setelah jelasnya, atau perdebatan dalam perkara yang tidak diketahui oleh orang-orang yang berdebat, atau perdebatan dalam mutasyabih (1) dari Al-Qur’an atau perdebatan tanpa niat yang baik dan yang semisalnya.

Perdebatan Yang Terpuji:

Adapun jika perdebatan itu untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskannya, yang dilakukan oleh seorang ‘alim dengan niat yang baik dan konsisten dengan adab-adab (syar’iy) maka perdebatan seperti inilah yang dipuji. Allah Ta’ala berfirman :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl : 125)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-‘Ankabut : 46)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

قَالُوا يَانُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

“Mereka berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
(QS. Hud : 32)

Contoh-Contoh Perdebatan Syar’i:

Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang perdebatan Ibrahim ‘alaihis shalatu wassalam melawan kaumnya dan (juga) Musa ‘alaihis shalatu wassalam melawan Fir’aun.
Dan dalam As-Sunnah disebutkan tentang perdebatan antara Adam dan Musa ‘alaihimas shalatu wassalam. Dan telah dinukil dari salafus shaleh banyak perdebatan yang semuanya termasuk perdebatan yang terpuji yang terpenuhi di dalamnya (syarat-syarat berikut) :

1. Ilmu (tentang masalah yang diperdebatkan-pent.).
2. Niat (yang baik-pent.).
3. Mutaba’ah.
4. Adab dalam perdebatan.
___________
(1) Yaitu ayat-ayat yang kurang jelas maknanya pada sebagian orang karena adanya beberapa kemungkinan makna.

Sumber:
1.http://al-atsariyyah.com/tercelanya-perdebatan.html
2.http://al-atsariyyah.com/larangan-berdebat-dalam-agama.html



Coba Kita Koreksi kembali Islam pada Diri Kita sebagai Umat Muslim



Secara logis dan penalaran mengambil dari pemikiran gaya baru yang mencoba memadukan dengan budaya kini dan kuno,memang mereka (para penghujat Islam) dapat membuat hal yang sedemikian rupa,mencoba menerobos akal pikiran dan doktrin-doktrin yang bersifat nyata (membandingkannya dengan budaya saat ini,sedangkan saat ini orang muslim awam lebih membela kebebasan mereka daripada sunnah dari Rasulallah salallahu'alaihi wassalam-pent) kepada para muslim yang awam dan sedikit akan pengetahuan agama.

Memang tidak bisa kita pungkiri,adanya para wali sanga yang dahulu mencoba mengajak para orang-orang yang tersesat terdahulu (saat budaya Hindu di Indonesia) dengan cara memadukannya (bukan berarti ajaran Islam dicampur Hindu-pent) dengan budaya hindu saat itu,sangat mempengaruhi kemurnian ajaran Islam itu sendiri untuk saat sekarang.
Timbullah berbagai bid'ah (sesuatu baru yang diadakan-adakan dalam agama yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad salallahu'alaihi wassalam dan tidak pula disyari'atkan atau tidak ada dalil dan nash yang hasan/shahih) yang berakibat membawa Islam hilang dari kemurniannya.
Ini yang menyebabkan mengapa Islam meskipun satu,tapi begitu banyak memiliki aliran-aliran,golongan dan bahkan berbagai manhaj yang berbeda-beda.

Dari sinilah mereka (para penghujat Islam) mencoba mencampur aduk ajaran Islam yang belum tentu kesahihanya tersebut dan melemparkan berbagai fitnah,hujatan,pertanyaan,ajakan murtad,dll pada kaum muslimim yang masih begitu awam akan agamanya.

Dan apa yang terjadi? kita yang BELUM bernaung dalam agama Islam yang benar-benar berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan sunnah tentu akan timbul keragu-raguan dan terombang ambing menghadapi berbagai fitnah dan hujatan mereka (para penghujat Islam) karena kurangnya pengetahuan.

"Dan hati-hatilah kepada manhaj yang mengaku ahlussunnah wal jama'ah padahal yang sebenarnya mereka adalah ahlul bid'ah dan menyeret kita kedalam penistaan agama,kesesatan seperti LDII,dll.
Agama Islam adalah agama yang sudah disempurnakan,tidak ada penambahan maupun pengurangan dalam hal sekecil apapun,hanya sekarang bagi kita,seberapa besar keinginan,amalan dan praktek kita dalam belajar ilmu Islam agar selalu berjalan diatas sunnah.
"

Untuk itu,saya sebagai penulis mengajak seluruh umat muslim untuk senantiasa benar-benar dalam menjalankan agamanya yang tentu berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Hadits yang Sahih (Hasan).
Hadits yang shahih ini adalah hadits (sabda Nabi Muhammad salallahu'alaihi wassalam yang dibukukan oleh para sahabat dengan sanad yang sahih/benar).
Jika sebuah hadits yang saat ditanya sanadnya(urutan-urutan perawi hadits) dan melewati salah satu perawi yang dikenal buruk,lemah hafalanya,perawi ahlul bid'ah maka hadits tersebut dinyatakan lemah/dha'if dan tidak boleh diamalkan.

Lalu bagaimana kita agar dapat selalu berjalan diatas Qur'an dan Sunnah dan mengetahui lemah tidaknya atau dha'if dan shahihnya sebuah hadits?
Senantiasa selalu memohon petunjuk Allah سبحانه وتعالى serta tak berhenti selalu belajar dari majelis-majelis ahlussunnah wal jama'ah,buku, dan mereka-mereka yang selalu berusaha sekuat tenaga berjalan diatas Qur'an dan Sunnah.

Nah,mereka(para penghujat Islam) memaparkan dan menshahihkan hadits-hadits yang dha'if atau lemah tersebut (menggunakan hadits lemah/palsu untuk dinyatakan asli atau sahih) sebagai senjata mereka dalam mencoba meneggelamkan cahaya Allah سبحانه وتعالى.

Allah سبحانه وتعالى telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah Ayat 32:

" Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka,dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya,walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai"

Dan perlu digarisbawahi,mereka(para penghujat Islam) tidak akan pernah dapat menerima sebuah berita yang benar,karena Allah سبحانه وتعالى telah berfirman dalam:

Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 6 :

"Sesungguhnya orang-orang kafir,sama saja bagi mereka,kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan,mereka tidak juga akan beriman"

Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 7 :

"Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka(1),dan penglihatan mereka ditutup(2),dan bagi mereka siksa yang amat pedih"

**
(1)Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk,dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya
(2)Maksudnya,mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala,dipermukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

Satu lagi firman Allah yang menerangkan bahwa justru apa yang mereka(para penghujat Islam) lakukan adalah bentuk mempermalukan dan memperbodoh diri mereka sendiri.

Allah berfirman dala Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 13:

"Apabila dikatakan kepada mereka:'Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman',mereka menjawab:'Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?' Ingatlah sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidak tahu"
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger